BABELTODAY.COM, Pematang Siantar – Peredaran narkoba di kawasan Bangsal, Kelurahan Melayu, Kecamatan Siantar Utara, telah mengubah wajah kawasan ini dari yang dulunya aman menjadi sarang kriminalitas. Di tengah gejolak ini, seorang pria berinisial UH muncul sebagai sosok sentral yang diduga memimpin kartel narkoba yang beroperasi tanpa rasa takut. Sabtu (12/10/2024).
Meskipun sudah banyak laporan dan demonstrasi yang menyerukan tindakan tegas dari pihak berwajib, masalah ini terus berkembang tanpa penindakan yang signifikan.
Informasi terbaru menunjukkan bahwa UH bukanlah satu-satunya figur kunci dalam jaringan kartel ini.
Di puncak hierarki, terdapat seorang tokoh misterius yang dikenal dengan sebutan “Parop,” di mana UH berperan sebagai pengendali operasional.
Di bawah UH, sosok bernama Panjul alias Aldi dipercaya mengelola aktivitas sehari-hari kartel.
Panjul diduga menerima gaji yang menggiurkan, mencapai Rp1 juta per hari, yang menunjukkan skala operasi narkoba yang sangat besar.
Bantuan Panjul datang dari asistennya yang berjumlah empat orang—Lolok, Dahlan, Alfi, dan Sengon—yang masing-masing mendapatkan upah Rp500 ribu per hari untuk mendistribusikan narkoba.
Praktik ini menegaskan bahwa jaringan ini telah mengakar dan beroperasi dengan sangat terorganisir.
Salah satu aspek paling mencengangkan dari operasi kartel ini adalah metode penyuapan yang digunakan untuk menjaga kelancaran bisnis mereka.
Seorang pria bernama Toga bertugas mendistribusikan “uang tutup mulut” kepada sejumlah oknum dari LSM, ormas, dan bahkan wartawan, demi melindungi kepentingan kartel. Toga dilaporkan mendapatkan imbalan Rp500 ribu per hari.
Kartel ini juga memanfaatkan jaringan mata-mata yang dikenal sebagai “Kenjiro,” yang bertugas memantau aktivitas di sekitar Bangsal.
Kenjiro dibayar Rp150 ribu per hari, sementara beberapa warga setempat diduga menerima Rp35 ribu per hari untuk tutup mulut dan mengabaikan peredaran narkoba di lingkungan mereka.
Meskipun banyak upaya yang dilakukan masyarakat dan laporan dari media lokal, situasi di Bangsal tetap memprihatinkan.
Warga telah menggelar demonstrasi menuntut tindakan tegas dari Polres Pematang Siantar dan Badan Narkotika Nasional Kota Pematang Siantar (BNNK), namun tampaknya upaya tersebut belum membuahkan hasil.
Polres dan BNNK terlihat kewalahan menghadapi kekuatan kartel UH yang telah mengakar kuat.
Kekhawatiran masyarakat semakin meningkat. Banyak yang takut bahwa jika peredaran narkoba ini dibiarkan, generasi muda akan semakin terjerumus dan mengalami kerusakan moral serta fisik.
Johan Arifin, Ketua Aliansi Masyarakat Siantar Simalungun Bersatu, menegaskan kekecewaannya terhadap lambannya penanganan kasus ini oleh pihak berwenang.
“Kami sangat menyesalkan sikap aparat kepolisian dan BNNK yang lamban dalam menindak jaringan narkoba ini. Sudah banyak upaya yang dilakukan, tetapi hasilnya tetap nihil,” ujar Johan.
Ia menegaskan, jika keadaan ini terus berlanjut, masa depan generasi muda akan terancam.
Kondisi di Bangsal menunjukkan dampak sosial yang luas. Tidak hanya merugikan para pengguna, tetapi juga menghancurkan tatanan sosial dan keamanan masyarakat setempat.
Masyarakat kini mendesak aparat penegak hukum untuk segera bertindak tegas sebelum situasi semakin memburuk.
Hingga berita ini diterbitkan, Kasat Narkoba Polres Pematang Siantar AKP Jhonny Pasaribu dan Plt.
Kepala BNNK Siantar Joko Sirait belum berhasil dikonfirmasi mengenai langkah-langkah yang akan diambil untuk menanggulangi masalah ini.
Ketidakpastian dan rasa frustrasi masyarakat semakin dalam, berharap akan ada perubahan nyata dari pihak berwajib. (Zulfiandy DPC PJS Pematang Siantar)