Puding Besar Terdapat Situs Sejarah Islam Peninggalan Sang Ulama Besar Asal Banjar

0 644

Foto : Ketua DPD MCM Babel, Hendra Apolo pose bersama warga dan tokoh agama dan tokoh masyarakat di sela-sela kunjungan ke Masjid Nurul Huda, Puding Besar, Kabupaten Bangka. (Ryan)

BANGKA,Babel Today – Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah atau disingkat ‘Jas Merah’, hal ini adalah semboyan yang terkenal yang diucapkan oleh oleh mantan Presiden RI yang pertama, Ir Soekarno.

Begitu pula sejumlah situs sejarah yang ada di pulau Bangka pun tentunya dapat dijaga atau dilestarikan sehingga bukti sejarah tersebut dapat dikenang kembali sepanjang masa oleh masyarakat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) khususnya di pulau Bangka.

Di Kabupaten Bangka tepatnya di Desa Puding Besar, Kecamatan Puding Besar terdapat sebuah bangunan masjid bersejarah kini berdiri kokoh dan megah. Menurut keterangan masyarakat di desa setempat jika bangunan masjid ini diberikan nama Nurul Huda telah dibangun zaman kolonial pemerintahan Belanda.

Foto : H Bahar bin H Sahaq. (Ryan)

Tak cuma itu, tak kalah menarik untuk diketahui oleh masyarakat Bangka yakni di samping masjid Nurul Huda ini pun terdapat pula sumur bersejarah.

Pasalnya sumur dengan kedalaman sekitar 7 meter ini awal mulanya dibangun oleh seorang ulama besar asal Banjar Kalimantan Selatan, Syeikh Abdurahman Siddiq Al Banjari.

Foto : Masjid Nurul Huda Puding Besar terletak tepat di pinggir jalan raya Puding Besar. Dulu bangunan masjid ini tidaklah semegah sekarang. (Ryan)

Kondisi sumur ini menurut seorang pemuka agama yakni H Bahar bin H Sahaq menyebutkan jika diamater sumur bersejarah itu sekitar 2 meter.

“Kurang lebih diameternya (lingkaran — red) sekitar 2 meter dengan kedalaman sekitar 7 meter,” ungkap Bahar ditemui di lokasi masjid Nurul Huda Puding Besar, Jumat (5/3/2021) siang saat didampingi Kades Puding Besar, M Zailani di sela-sela menyambut kunjungan ketua DPD Masyarakat Cinta Masjid (MCM) Provinsi Babel, Hendra Apolo bersama para pengurus lainnya.

Ia mengulas kembali cerita dari sang ayah (H Sahaq) jika air sumur itu dipercaya masyarakat desa setempat dapat menyembuhkan penyakit. Bahkan dulu pernah di desa setempat terjadi wabah penyakit.

“Cerita dulu di kampung ini (Puding Besar — red) sempat terjadi wabah penyakit. Banyak masyarakat kampung ini kena penyakit. Namun saat itu dengan minum air sumur ini jadi sembuh penyakitnya,” terang Bahar mencoba mengulas cerita masyarakat terdahulu.

Tambahnya, sumur itu pun dulu waktu awal dibangun oleh Sheikh Abdurahman Siddiq tak lain untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat setempat termasuk keperluan untuk wudhu ketika melaksanakan sholat di masjid Nurul Huda.

“Namun sayangnya keberadaan sumur tersebut kini sudah tak dapat lagi dilihat lantaran saat ini sumur kondisinya sudah tertimbun tanah,” kata keturunan Syeikh Abdurahman Siddiq ini.

Dijelaskan Bahar, jika kondisi sumur tua ini diperkirakan berusia ratusan tahun yang dibangun samping masjid Nurul Huda Puding Besar dulunya memang sengaja dibangun oleh Syeikh Abdurahman Siddiq satu lahan dengan masjid tersebut.

Namun seiring berjalan waktu, lahan tempat sumur itu telah dikuasai oleh seorang warga setempat hingga dibangunlah sebuah rumah di atas lahan sumur tersebut. Akibatnya sumur bersejarah ini pun akhirnya seolah-olah ‘raib’ atau tertimbun tanah.

Oleh karenanya Bahar sendiri sangat berharap sumur bersejarah ini dapat dipugar kembali sehingga keberadaan sumur peninggalan sang ulama besar Syeikh Abdurahman Siddiq itu tak lekang tergerus peradaban kemajuan zaman.

“Kami sangat berharap sekali sumur bersejarah peninggalan sang ulama besar Syeikh Abdurahman Siddiq itu dapat dipugar kembali sehingga masyarakat kita tak melupakan sejarah,” harapnya.

Pernyataan senada diungkapkan oleh ketua DPD MCM Babel, Hendra Apolo disela-sela kunjungannya ke masjid Nurul Huda saat itu bersama rombongan pengurus MCM Babel lainnya.

“Karena permintaan masyarakat seperti itu dan kita pun menyambut baik. Insya Allah sumur bersejarah ini peninggalan sang ulama besar Syeikh Abdurahman kita akan lakukan pemugaran kembali,” kata Hendra Apolo kepada wartawan di lokasi masjid Nurul Huda Puding Besar siang itu.

Terlebih menurut Hendra Apolo jika Syeikh Abdurahman Siddiq sendiri tak lain pula merupakan tokoh pejuang umat Islam yang berkelana kemana-mana guna mensiarkan agama Islam di Babel.

“Setidaknya kita jangan pernah melupakan perjuangan para tokoh umat Islam. Beliau telah berjuang untuk agama Islam di Babel ini sehingga wajar peninggalan sejarah ini kita buka kembali sehingga masyarakat Babel tahu bahwa di di Desa Puding Besar ini terdapat situs sejarah Islam,” kata Hendra Apolo kini menjabat selaku wakl ketua DPRD Provinsi Babel.

Tak cuma itu, bahkan politisi partai Golkar ini pun berharap ke depan Desa Puding Besar Kecamatan Puding Besar Kabupaten Bangka dapat menjadi pusat sejarah Islam di Babel. (Ryan)

Leave A Reply

Your email address will not be published.