SIAK – Meski petahana, pasangan Alfedri-Husni tampaknya belum pada posisi aman untuk meraih kemenangan mutlak di Pilkada Siak. Berdasarkan temuan survei Kabupaten Siak dari Lembaga Arus Survei Indonesia periode 1-6 Juli 2024 dengan melibatkan 800 responden, didapatkan hasil bahwa popularitas dan elektabilitas incumbent justru terus menurun.
Dalam pertanyaan Top of Mind pilihan calon Bupati, Alfedri hanya mengantongi 13,9%. Sementara elektabilitas pada pertanyaan tertutup hanya 27,1 %. Ini menunjukkan bahwa popularitas incumbent semakin menurun, karena sebelumnya melalui Lembaga Survey Indonesia (LSI) di bulan April, elektabilitas incumbent menyentuh angka 47,5 %. Pada periode ini di bawah Alfedri ada namal penantang baru atas nama Afni yang meraih elektabilitas 20,2 %.
“Kalau melihat hasil dua lembaga survei yang masih menempatkan incumbent di bawah 50% untuk pasangan petahana, itu sangat rendah,” kata Pengamat Politik Alexander Yandra pada media, Rabu (21/8).
Dalam survei LSI periode Maret, nama Husni Mirza selaku Wakil Bupati incumbent hanya meraih elektabilitas 1,1 %. Sedangkan hasil Arus Survei Indonesia medio awal Juli, elektabilitas Husni tercatat naik menjadi 3,1 %.
Dikatakan Alexander, jika melihat data survey dari dua lembaga sebelumnya, maka terlihat masih sangat dinamis karena kecendrungan pemilih sangat tinggi menentukan pilhan politiknya di waktu kampanye dibandingkan sebelum kampanye.
Karena itu incumbent dinilai tidak bisa mengklaim sudah berada pada posisi yang aman, justru sebaliknya bisa saja penantang diuntungkan dengan hampir 55% lebih pemilih menentukan pilihan di waktu kampanye dilakukan.
“Siapa saja kontestan yang konsisten mampu berkampanye dan merebut hati rakyat bisa sangat mungkin untuk menang. Petahana masih sangat besar peluang untuk tumbang,” tegas Alexander.
Hasil survei periode Juli ini mencatat bahwa penantang tersengit Alfedri adalah politisi muda yang juga Bacalon Bupati perempuan pertama di Siak, Dr. Afni Z. Mereka saling bersaing ketat dalam sosialisasi, baik melalui tatap muka, pemasangan spanduk atau baliho, hingga pemberian bantuan sosial ke masyarakat.
Namun yang perlu jadi perhatian bahwa hampir semua kegiatan incumbent menggunakan anggaran yang masih melekat dengan jabatannya.
“Artinya, jika dengan begitupun elektabilitasnya jauh di bawah 50% bahkan cenderung terus turun, maka patut waspada. Apalagi penantang incumbent cenderung terus naik, baik popularitas maupun elektabilitasnya,” kata Alexander.
“Incumbent berada di sekeliling sumberdaya dan kewenangan yang melekat, tetapi jika ini terus dijadikan instumen dalam strategi mengambil hati rakyat maka bisa berdampak abuse of power. Justru jadi blunder bagi petahana dan menambah simpati bagi penantang,” tambahnya.
Hingga saat ini untuk Pilkada Siak, petahana didukung oleh PAN, Gerindra, Hanura, PKS, PPP, Perindo dan partai non parlemen lainnya. Sedangkan calon penantang yang tampak serius baru muncul nama Afni-Syamsurizal yang didukung Partai Golkar, Demokrat dan Nasdem. PKB dan PDIP yang memiliki masing-masing 4 kursi di parlemen masih belum memberi sinyal arah dukungan. (Red/*)