FKMB Gelar Festival Nganggung 2024, Pergeseran dari Tradisi Animisme ke Tradisi Islami

0 100

BABELTODAY.COM, JAKARTA–Sesepuh Masyarakat Bangka di Jakarta, Suplan Azhari (77) mengungkapkan tradisi nganggung yang ada di Pulau Bangka hari ini adalah dakwahnya Syekh Abdurrahmin Sidik. Seorang ulama asal tanah Banjar yang berdakwah di Pulau Bangka, yang namanya kini diabadikan menjadi nama perguruan tinggi Islam di Mendo Barat, Institut Agama Islam Negeri Syekh Abdurahman Siddiq (IAIN SAS).
“Syeikh Abudrrahman lah yang merubah tradisi nganggong masyarakat di Bangka ke bukit-bukit yang berbau animisme menjadi nganggong ke mesjid,” kata Suplan saat memberi sambutan pada Festival Nganggung 2024, di Manggala Wanabhakti Jakarta, Sabtu (20/07).
Suplan mengisahkan bahwa kebiasaan nganggung ke bukit itu dulu terjadi di kampung kelahirannya Kemuja, Mendo Barat. Namun, sejak kedatangan Syeikh Abdurrahman Siddiq ke Bangka pada awal tahun 1800-an awal, atau awal abad ke-19, nganggung ke bukit itu dirubah dengan nganggung ke surau atau ke mesjid.
Syeikh Abdurrahman Siddiq, kata Suplan tidak merubah kebiasaan atau tradisi mengajak makan-makan orang Kemuja, tetapi menggeser nilainya dari berbau animisme menjadi bernuansa islami. Dan dampaknya, kini Desa Kemuja dikenal sebagai desa santri dengan keberadaan pondok pesantren “Al Islam” sebagai salah satu pesanteren tertua di Pulau Bangka.
Suplan yang sudah 57 tahun meninggalkan kampung halamannya itu, kini menetap di Tasikmalaya, Jawa Barat. Dia sengaja datang ke Jakarta untuk bersama-sama merayakan Festival Nganggung 2024 yang diselenggarakan oleh Forum Kerukunan Masyarakat Bangka (FKMB). Di usia senja Suplan tetap bersemangat menjalakan aktifitasnya dan telah menulis memoar pribadinya dalam satu buku “Senja Yang Tersisa”.
Sementara itu, “Parade Nganggung 2024” masyarakat Bangka, di Jakarta Sabtu siang (20/07) sangat kental dengan budaya Melayu. Suasana Melayu ini dimulai dari panitia yang mengenakan pakaian khas melayu dengan stanjak dan baju teluk belango untuk pria dan baju kurung untuk wanita. Musik, lagu, tari dan kulinernya pun semua dalam khas suasana Melayu yang dilengkapi dengan dress code pengunjung yang hadir dengan busana khas Melayu pula.
Tarian “Selamat Datang” menyambut para tamu yang dilanjutkan dengan lantunan ayat suci Alquran dan lagu Indonesia Raya sebagai bentuk ketundukan kepada kepada Sang Pencipta dan kecintaan kepada tanah air dan bangsa. Setelah laporan dan sambutan, acara inti dibuka dengan tari “tudung saji’ yang menceritakan tentang tradisi nganggung di pulau Bangka. Dua buah bedug ditabuh sebagai penanda bahwa nganggung akan segera dimulai, yang diikuti dengan barisan pembawa dulang yang akan dihidangkan kepada tamu dan undangan. Ustadz Zikri AlBangkawy bersama 5 anggota FKMB kemudian membacakan Berzanji, kitab tentang riwayat dan pujian kepada Nabi Muhammad SAW, yang biasa dibacakan pada saat nganggung di mesjid dan surau di Pulau Bangka.
“Kita memang rancang acara ini semirip mungkin dengan suasana nganggung di Bangka berdasarkan pakem-pakem yang ada di kegiatan nganggung seperti pembacaan Berzanji dan lain-lain, “ kata Asrul Handyan, Streering Committee, Parada Nganggung 2024.
Suasana Muharram juga ditampilkan dalam kegiatan ini dengan melibatkan 100 anak yatim untuk merayakan hari raya mereka di bulan ini. Tidak hanya mendapatkan bingkisan dan uang tunai, para yatim ini diberi kesempatan untuk mengambil sendiri Telok Tamat atau Telok Seroja yang dipasang di beberapa sudut ruangan.
“Telok tamat atau telok seroja itu adalah kreasi ibu-ibu Bangka yang sudah terbiasa menggelar acara adat Bangka dengan membuat telur dengan hiasan warna-warni, “ ujar Maya Damayanti, Ketua Panitia Parade Nganggung 2024.
Kemeriahan suasana Melayu pada “ Parade Nganggung 2024” itu membuat tamu undangan betah berlama-lama. Bahkan Muhammad Zaini Jauhary, atase kebudayaan kedutaan Besar Malaysia di Jakarta, mengikuti hingga akhir acara. Duduk semeja dengan Ketua IKM Babel, Azwardy Azhar dan sesepuh masyarakat Bangka, Suplan Azhari, Zaini mengakui bahwa berada di acara ini seperti berada di rumah sendiri. Makanya dia mau berlama-lama hingga akhir acara dan sempat beberapa kali diminta naik ke panggung untuk menyerahkan door prize kepada pengunjung yang beruntung.
“Samalah dengan kita di Malaysia. Apalagi kita ini bangsa serumpun,” ujar Zaini tentang acara nganggung itu.
Kehadiran tamu dari Kedutaan Malaysia itu memunculkan gagasan untuk membuat acara bersama dalam tajuk “Titian Budaya” dengan mengundang negara tetangga di Bumi Serumpun Sebalai, sebagai bagian dari cara membangkitkan pariwisata di Bangka Belitung. (Red/*)

Leave A Reply

Your email address will not be published.