Tambak Udang Di Pantai Tanjung Langka Diduga Cemari Lingkungan, Kebun Sawit Warga Alami Kerusakan

0 609

Foto : Inilah kondisi pohon kelapa sawit milik warga kini mengalami kerusakan diduga akibat dampak keberadaan usaha tambak udang CV Tanjung Langka Tri Anugerah. (Dok.BabelToday)

Yus : Sebagian pohon sawit di kebun saya sempat mengalami kerusakan daunnya menjadi kering sejak ada tambak dekat sini

BANGKATENGAH,BabelToday.com – Dalam beberapa semester terakhir ini usaha budi daya udang tambak jenis Vanamae terkesan kian ‘menjamur’ di sejumlah daerah khususnya di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) tak terkecuali di Kabupaten Bangka Tengah.

Namun sayangnya, usaha tambak udang ini terkadang terkesan tak lagi ramah terhadap lingkungan sekitar. Sebaliknya, segelintir oknum para pelaku usaha tambak udang jenis ini pun justru hanya memikir kepentingan pribadi atau perusahaan semata, bahkan terkesan mengabaikan hak-hak warga maupun kondisi lingkungan sekitar.

Akibatnya, kondisi tersebut malah menimbulkan keresahan hingga berujung pada kerugian bagi masyarakat atau warga yang merasa terdampak dari kegiatan usaha budi daya tambak udang Vanamae.

Foto : Lokasi tambak udang dikelola.CV Tanjung Langka Tri Anugerah berjarak tak lebih dari 100 meter dari bibir pantai Tanjung Langka, Koba. (Dok. BabelToday.com)

Sebagaimana halnya, dalam kasus usaha tanbak udang kali ini justru terjadi di Kelurahan Padang Mulia, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah atau tepatnya di sepadan pantai Tanjung Langka terdapat usaha budi daya tambak udang Vanamae dikelola oleh CV Tanjung Langka Tri Anugerah namun diduga telah mencemari lingkungan sekitarnya.

Terungkapnya kasus dugaan pencemaran llingkungan akibat dampak dari kegiatan usaha budi daya tambak udang tersebut lantaran sebelumnya redaksi media BabelToday.com senpat mendapatkan informasi atau laporan dari masyarakat Koba hingga pihak redaksi media ini pun akhirnya mengerahkan tim guna melakukan investigasi reporting.

Foto : Lokasi tambak udang CV Tanjung Langka, Koba terletak sangat dekat dengan pantai Tanjung Langka, Koba hanya berjarak tak lebih dari 100 meter. (Dok. BabelToday.com)

Dalam kegiatan investigasi reporting kali ini tim melakukan giat survai ke lokasi usaha tambak udang di kawasan sepadan pantai Tanjung Langka, Koba. Selain itu tim media ini pun melakukan investigasi selama dua hari di daerah setempat.

Seorang pengusaha kebun sawit asal Koba, Yus (60) mengaku jika dirinya sampai saat ini merasa kesal dan dirugikan lantaran saat ini usaha tambak udang Vanamae dirasakannya kian bertambah di kawasan sepadan pantai Tanjung Langkah, Koba.

Foto : Hanya dibatasi pagar seng sebagai pembatas lokasi kebun sawit warga dengan lokasi tambang udang milik CV Tanjung Langka Tri Anugerah, dan jaraknya hanya 20 meter. (Dok. BabelToday.com)

Sebab menurutnya, lokasi perkebunan sawit yang dikelolanya itu kebetulan berada bersebelahan dengan usaha tambak udang. Oleh karenanya justru ini diduganya akan berdampak buruk terhadap kondisi perkebunan sawit seluas 7 hektar (ha) dikelolanya selama belasan tahun ini.

“Sebagian pohon sawit di kebun saya sempat mengalami kerusakan atau daunnya menjadi kering sejak ada tambak dekat sini,” ungkapnya saat ditemui media ini di kebun sawitnya, Kamis (8//6/2021) siang.

Bahkan dirinya pun mengkhawatirkan dampak keberadaan usaha tambak udang di kawasan pantai setempat dan usaha perkebunan sawitnya itu dikhawatirkanya bakal terancam mati atau gagal panen.

Foto : Hampir sebagian besar kondisi tanaman kelapa sawit milik Yus warga Koba terdampak akibat keberadaan lokasi tambak udang CV Tanjung Langka Tri Anugrah yang dinilai sangat dekat. (Dok.BabelToday.com)

Pasalnya, sejumlah tanaman pohon sawit di kebun miliknya itu kini kondisi daun pada sejumlah pohon kelapa sawit yang ditanamnya itu kini malah jadi mengering.

“Saya menduga ini terjadi akibat dampak dari usaha tambak udang yang berada sangat dekat dengan kebun sawit saya ini. Lihat saja kondisi di lapangan faktanya lokasi kebun sawit saya dengan lokasi tambak udang hanya berjarak tak lebih dari 30 meter,” terangnya.

Diterangkanya lebih jauh, Ia menduga jika faktor penyebab daun-daun yang terdapat di sejumlah pohon kelapa sawit di kebunnya itu kini mengering lantaran akibat adanya penguapan air yang berasal dari kolam atau petak usaha tambak udang yang beroperasi bersebelahan dengan lahan kebun sawit miliknya.

Foto : Pemilik kebun kelapa sawit, Yus warga Koba saat menunjukan lokasi lahan tanaman pohon sawit yamg dikelolanya kini mengalami kerusakan diduganya dampak dari usaha tambak udang CV Tanjung Langka Tri Anugrah. (Dok.BabelToday.com)

“Jadi begini, yang saya maksud penguapan itu yakni uap air asin lebih halus dari embun yang berasal dari kolam tambak udang itu. Pada bulan 12 angin pun menghantam ke arah kebun sawit dengan membawa uap air tadi hingga mengakibatkan kondisi daun kelapa sawit jadi mengering,” jelasnya lagi.

Terkait persoalan itu pun Yus mengaku dirinya sebelumnya sempat memberitahukan kepada pihak pengelola tambak udang Vanamae tersebut (Sudi). Namun sebaliknya ia justru malah kecewa lantaran sikap pengelola tambak udang yang dianggapnya tak kooperatif.

“Saya pernah menemui pengelola tambak udang itu (Sudi — red) guna melaporkan kejadian terhadap sejumlah pohon kelapa sawit di kebun saya,” ungkapnya.

Diterangkanya, dalam pertemuan dengan pihak pengelola tambak udang tersebut (Sudi) beberpa bulan lalu justru Sudi tak menyangkal jika aktifitas usaha tambak udang dikelolanya itu berdampak terhadap kerusakan sekitar tambak.

“Saat pertemuan itu saya minta agar ia (Sudi — red) memasang pagar pembatas antara kebun sawit saya dengan tambaknya setinggi pohon kelapa sawit. Namun Sudi malah berinisiatif memasang jaring wareng. Menurut saya hal itu malah tidak ada jalan penyelesaian. Sebab kalau dipasang wareng tetap saja uap air semacam embun itu akan tetap mengena masuk ke lahan perkebunan sawit saya,” terang Yus detil.

Tak sampai di situ, Yus pun kembali niatnya berpikir guna mencari solusi terbaik dengan cara bernegosiasi dalam menyelesaikan persoalan kerusakan sejumlah tanaman sawit miliknya yang diduga akibat dampak keberadaan tambak udang yang dikelola Sudi yang bersebelahan dengan kebunnya.

“Sempat saya tawarkan solusi lainnya yakni saya minta ganti rugi dengan sejumlah uang terkait kondisi pohon sawit yang rusak itu yaitu saya minta agar Sudi membayar kerugian yang saya alami sebesar Rp 7 juta saja setiap kali panen sawit. Namun lagi-lagi tawaran tersebut tak diresponnya dengan baik,” sesalnya.

*Dulu Pernah Kejadian Kolam Tambak Udang Mengalami Kebocoran

Menurutnya, sejarah keberadaan usaha tambak udang yang ada di kawasan sepadan pantai Tanjung Langka, Koba ini diperkirakanya telah berlangsung sekitar dua tahun lalu. Namun keberadaan kebun sawit miliknya justru lebih awal dibanding usaha tambak udang tersebut.

“Dulu usaha tambak udang di sekitar sini dikelola mantan pejabat dan infonya sempat tiga kali panen udang. Sekarang tambak udang itu sudah dijual kepada seorang pengusaha asal Koba yakni pak Anam. Nah dalam satu hamparan kawasan ini terdapat sejumlah tambak udang lainnya termasuk usaha tambak udang yang dikelola oleh Sudi,” terangnya lagi.

Kejadian dampak lingkungan pun tak saja dialaminya baru-baru ini sehingga sejumlah tanaman pohon sawit miliknya mengalami rusak. Namun sebelumnya pun diakuinya sempat ada kejadian serupa saat tambak udang itu dikelola oleh mantan pejabat negara.

“Dulu sekitar tahun 2020 pernah kejadian kolam tambak udang itu bocor sehingga merusak sejumlah tanaman pohon sawit di kebun saya. Tapi akhirnya kerusakan tanaman pohon sawit saya diganti kerugiannya,” ungkapnya.

Bahkan Yus sampai saat ini masihlah menyangsikan soal perijinan yang dimiliki oleh pihak CV Tanjung Langka Tri Anugrah selaku pihak pengelola tambak udang yang bersebelahan dekat lokasi kebun sawit miliknya.

“Saya sendiri pun masih menyangsikan jika memang mereka mengantongi perijinan usaha tambak udang itu. Sebab saat awal pembangunan tambak di kawasan ini saya sendiri tidak ikut menandatanganinya. Biasanya kan ada semacam persetujuan warga sekikar kan?,” singgungnya.

Tak hanya ia saja yang mengeluhkan soal kondisi tanaman pohon sawit di kebunnya itu kini mengalami kerusakan yang diduganya akibat dampak dari keberadaan usaha tambak udang yang sangat dekat dengan lokasi kebun sawitnya tersebut.

Namun ia sendiri sempat mendengar informasi dari warga Koba lainnya terkait jika kondisi air pantai setempat dikeluhkan sebagian warga saat usai mandi di pantai setempat (Tanjung Langka) mengalami gatal-gatal kulit.

“Dengar-dengar cerita dari warga lainnya air pantai Tanjung Langka itu diduga telah tercemar limbah tambak udang. Lokasinya memang sangat dekat atau lebih kurang jaraknya 100 meter ke arah bibir pantai,” katanya.

Kendati begitu pula, ia sendiri masihlah berharap agar pihak pengelola tambak udang yang dekat dengan lokasi kebun sawitnya dapat merespon dengan baik terkait persoalan dampak lingkungan yang dialaminya saat ini.

Bahkan Yus mengaku jika sesungguhnya ia sama sekali tak bermaksud ingin memperbesar persoalan ini atau berseteru dengan pengusaha tambak udang, sebaliknya, ia mengaku sampai saat ini masihlah berharap adanya upaya negoisasi secara kekeluargaan.

“Kalau saya mau dari awal kejadian ini sudah saya laporkan ke aparat penegak hukum terkait masalah ini. Tapi ini kan tidak. Saya justru masih berharap ada solusi terbaik negoisasi secara kekeluargaan,” tegasnya.

Foto : Pada titik koordinat ini bagian dari kepala pipa plastik ditemukan tertanam di dalam pasir bibir pantai Tanjung Langka, Koba. Sementara lokasi tambak udang CV Tanjung Langka Tri Anugerah sangat dekat dengan lokasi bibir pantai setempat. (Dok. BabelToday.com)

Usai mendapat penjelasan dari si pemilik kebun sawit ini (Yus). Selanjutnya, tim media ini pun terus berusaha menelusuri kebenaran informasi yang diterima dan melalukan survai ke lokasi sepadan bibir pantai Tanjung Langka, Koba.

Pantauan tim media ini di lapangan, terlihat kondisi fakta di lapangan keberadaan usaha tambak udang tersebut memang sangat dekat dengan jarak bibir pantai setempat atau sekitar tak lebih 100 meter.

Foto : Inilah benda berupa sambungan pipa pelastik berdiameter sekitar 20 cm ini ditemukan tertanam di bibir pantai Tanjung Langka. (Dok. BabelToday.com)

Kembali tim pun saat penelusuran secara tak sengaja sempat menemukan sebuah pipa pelastik berdiamater ukuran sekitar 20 inch. Pipa ini berbentuk bulat dan ada lengkungan dalam kondisi tertanam di dalam pasir bibir pantai setempat.

Tak cuma di sekitar sepadan bibir pantai setempat ditemukan pula pipa lainnya dalam kondisi tertanam di dalam pasir bibir pantai. Kepala pipa tersebut terlihat mengarah langsung ke laut pantai setempat.

Foto : Di pinggiran pantai ini pun sempat pula ditemukan pipa panjang dalam kondisi tertanam di pinggiran pantai itu. (Dok. BabelToday.com)

Sebelumnya pun tim media sempat pula mendapat informasi dari sejumlah narasumber termasuk keterangan warga Koba menyebutkan jika sekitar beberapa bulam lalu sempat warga menyaksikan di lokasi pantai yang berhadapan dengan tambak udang terdapat kegiatan penggalian tanah dan pasir dekat bibir pantai setempat.

Menurut keterangan warga, jika kegiatan penggalian tanah atau pasir dekat bibir pantai itu menggunakan alat berat guna menanam sambungan pipa yang berasal dari arah usaha tambak udang tersebut.

“Masih tahun 2020 atau sekitar beberapa bulan menjelang akhir tahun 2020 sempat kami melihat ada kegiatan penggalian tanah jalan depan lokasi usaha tambak udang itu. Kegiatan penggalian itu menggunakan alat berat hingga menggali pasir di bibir pantai itu semacam memasang pipa,” ungkap warga ini.

Foto : Di sepadan bibir pantai Tanjung Langka, Koba terdapat di sejumlah titik ditemukan pipa panjang yang mengarah langsung ke dalam laut pantai setempat. (Dok.BabelToday.com)

Sementara Sudiarto alias Sudi selaku pihak yang disebut-sebut sebagai pihak pengelola tambak udang di kawasan pantai Tanjung Langka, Koba melalui kuasa hukum perusahaannya, Syahrial tak menyangkal jika tempat usaha tambak udang di daerah setempat yang dikelola pihaknya kini menuai protes dari seorang warga, Yus yang juga selaku pengusaha perkebunan kelapa sawit.

“Iya kami masih dalam proses penyelesaian masalah itu (keluhan pemilik kebun sawit — red),” kata Syahrial kepada tim media ini, Sabtu (13/6/2021) siang di Kota Pangkalpinang.

Saat disinggung oleh tim media BabelToday.com soal perijinan yang dikantongi perusahaan untuk usaha tambak udang di lokasi setempat, Syahrial mengaku pihaknya telah memiliki perijinan. Namun sayangnya saat itu Syahrial justru tak dapat menunjukan bukti-bukti dokumen perijinan yang dimiliki mereka.

Begitu pula saat disinggung lebih jauh mengenai dokumen IPAL (Instalasi Pembuangan Akhir Limbah) di tempat usaha tambak udang yang dikelola pihaknya seketika itu Syahrial tampak terdiam sesaat, dan spontan ia mengaku di tambak udang dikelola pihaknya telah dibuat tempat penampungan limbah.

“Di tambak udang kita ada dibangun penampungan akhir limbah di sana,” katanya.

Kendati begitu tim media ini pun kembali menggali lebih jauh terkait temuan adanya sebuah benda berbentuk bagian pipa plastik berdiameter sekitar 20 cm tersebut terlihat tertanam di bibir pantai Tanjung Langka diduga pipa pembuangan akhir limbah dari tempat tambak udang dikelola pihaknya justru hal itu dibantahnya.

“Itu bukan pipa pembuangan akhir limbah tapi itu pipa untuk menyedot air laut untuk kolam tambak udang,” kilahnya.

Sejauh ini intansi terkait termasuk pemerintah daerah Kabupaten Bangka Tengah masih diupayakan dikonfirmasi terkait kasus dugaan pencemaran lingkungan atas kegiatan usaha tambak udang di bawah naungan CV Tanjung Langka Tri Anugerah tersebut kini menuai protes seorang warga (Yus) lantaran sejumlah tanaman pohon sawitnya mengalami kerusakan akibat dampak dari keberadaan tambak udang tersebut. (tim)

Leave A Reply

Your email address will not be published.