Abah Anton Carliyan : ‘Budaya Sunda Dan Nusantara Selaras Dengan Budaya Islam’

0 40

Foto : Irjen Pol (Purn) Anton Carliyan (paling kiri) pose bersama di sela-sela usai acara. (ist)

TASIKMALAYA,,Babeltoday.com – Mantan Kapolda Jawa Barat (Jabar), Anton Carliyan mengatakan jika budaya Sunda sesungguhnya termasuk Nusantara selaras dengan budaya Islam.

“Budaya Sunda dan Nusantara itu selaras dengan bidaya Islam yang dibawa Rosulullah Nabi Muhammad SAW karena sudah menganut agama Samawi sejak awal yang berketuhanan Yang Maha Esa,” kata pria yang biasa dikenal dengan sebutan Abah Anton ini saat menghadiri acara Peringatan Maulud Nabi Muhamad SAW, Selasa (19/10/2021) di Padepokan Pencak Silat & Pesantren Pajajaran Pusat, Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya, Jabar.

Tak hanya itu, Anton pun menambahkan hal tersebut dibuktikan pula adanya tulisan-tulisan prasati dan nskah kuno yang ada di Tatar Sunda dan seluruh Nusantara.

“Contoh dalam prasasti Kawali dan naskah Amanat Galunggung disebutkan bahwa jika ingin jaya setiap manusia Sunda harus selalu ada dalam jalan yang benar dan lurus dalam.bahasa sundanya yakni Pakeun Heubeul Jaya Dibuwana Pake Gawe Kerta Bener atau selaras dengan ayat dalam Al fatihah = Ikhdinas Sirotol Mustaqin, Sirotolladzinna dan seterusnya,” terangnya.

Selain itu, dalam naskah tersebut disebutkan pula Tunjukanlah jalan yang lurus dan benar sebagaimana jalannya orang-orang terdahulu yang sudah Engkau Tunjukan Kebenaran. Kemudian ; “Pake gawe Kreta Rahayu, Ulah botoh bisi Kokoro, Kudu Ngelmu Pare yang artinya membangun Kekuatan dengan Kedamaian.

Disebutkan pula Jangan serakah akan celaka, serta harus membangun Kekuatan dg Kerendahan Hati = selaras dengan sikap dan ajaran Islam yang harus Tawadhu rendah hati.

“Jangan serakah harus menjaga hati serta membawa Kedamaian yang Rahmatan lil Alamin bagi seluruh Umat dan Alam semesta,” terangnya lagi.

Bahkan dari bukti dan kajian kecil saja menurutnya lagi ternyata Budaya Sunda dan ajaran Islam sudah sama dan selaras, sehingga denga adanya Maulid Nabi SAW ini, tidak perlu ada lagi perbedaan faham antara budaya dan agama, apalagi sampai terjadi benturan karena salah faham dengan tata cara adat tradisi yang selama ini dilaksanakan padahal semuanya tujuanya sama, untuk Yang Maha Kuasa Tuhan YME.

Lanjutnya, Tuhan YME ini juga sama dengan istilah masyarakat Sunda Kuno sebagai Sanghyang Tunggal. Hal ini lebih ditegaskan dengan ajaran masyarkat Baduy Banten yang intinya bahwa Sanghyang Tunggal itu adalah : Hyang Nu teu Mangrupa, nu teu Sarua jeung sasaha, nu teu Berwarna, Ayana di Euweuh Euweuhna di aya, Tidak berwujud tapi ada dimana-mana.

“Mereka bahkan mengatakan bahwa Tuhan yang umat muslim sembah , sama dg Hyang Mereka, Karena “Hyang” itu merupakan penghalusan dari Kata ” Hwa “yang mana HWA itu Tuhan-nya umat muslim dan juga Tuhanya agama-agama Samawi lain seperti agama Yahudi Tuhannya dikenal dengan sebutan ; Ya Hwa,,” kata Anton.

Hal ini selaras dg Surat Al Ikhlas yang berbunyi ; “Qul HWAlloh Hu Ahad ” : Katakakan lah bahwa HWA itu Allah yg maha Esa. Yg mereka sebut sbg Sang Hyang Tunggal , Sanghyang Widi Sanghyang Wenang,

Apalagi mereka menyebut bahwa ageman kami adalah agama Adam , agama kami ngarana “Slam Sunda Wiwitan^ Ageman nu rek ngajaga Agama Adam. jika Agama tsb Berasal dan berawal dari Nabi Adam artinya Agama tsb adalah Agama SAMAWI, Agama Yg di bawa para Nabi dan Rosul sebagai utusan Allah.

Sepertinya masyarakat Adat Sunda Baduy ini merupakan satu-satuya maasyarakat sdat yang punya Nabi, yang menganut ajaran kenabian, apalagi ajaran nabi Adam AS sebagai nabi pertama, sehingga dengan demikian bisa disimpulkan bahwa sejak pertama ada masyarakat Sunda Kuno sudah beragama Samawi, dan darii mama saja hampir mirip Slam dan Islam.

Ajaran Islam lain yang selaras dengan budaya Sunda & Nusantara antara lain yakni Shalat = Sembahyang , menyembah Sang Hyang dan Puasa = Tapa, Tirakat dan lain-lain. Begitu pula Zakat = Budaya Leuit mengumpulkan padi, Perelek mengumpulkan beras, Hajat Buruan, hajat Panen membagikan Makanan dll.

Selain itu Wudhu Bersuci = Cikahuripan, budaya sumber mata air ditempat2 Suci dan Tafakur Nabi di Goa2 = Tapabrata, Nyepi, di goa-goa dan lain-lain.

“Dimana budaya ritual-ritual kebabian tersebut semua ada dalam budaya Sunda & Nusantara, yang sampai hari ini masih kental melekat di masyarakat, karena sudah mendarah daging menjadi budaya,” katanya.

Bahkan sejak zaman nenek moyang , justru Budaya tersebut tidak ada di tengah-tengah masyarakat timur tengah yang konon kabarnya sebagai cikal bakal turunnya para nabi dan Rosul, apalagi dalam budaya masyarakat Eropa dan Amerika.

“Makanya salah satu buku tulisan karya Anton Charliyan dengan mengambil judul “Budaya Sunda Selaras dg Budaya Kenabian”.

Hadir dalam acara tersebut Asisten 3 Pemda Kabupaten Tasikmalaya mewakili Bupati Tasikmayala, Kadisbudpar Tasikmalaya, Bunda Eni DPD RI Jabar, Bunda Ully Sigar Panglima tinggi Baranusa, Paramitha Rusadi artis lawas yang tetap menawan.

Selain itu hadir pula utusan dari Kesultanan Solo, Rajawali Sokapura Rd Dicky, Ir Safari Agustin Ketua Geopark Galunggung, Para Tokoh adat dan Budaya Al Abah Alam dr Bandung, Abah Dede Panjalu, Dadang Macan Ali, Ratu Sekar , Ratu Suningrat, Hj Nining Ciamis, Ki Aan Citiis, Ustad Cecep Cilogak, Abu Fatih Maenpo Sukapura, Ki Sanca, Manggala Garuda Putih dan para undangan lainnya.

Senentara Asisten III Pemkab Tasiknalaya dalam kata sambutanya mengatakan aanya komunitas budaya merupakan Aset yang sangat besar dlm pengembangan wissata daerah Tasikmalaya pada pssca Covid-19 inii. Sehingga para tokoh bdaya agar tetap bisa memelihara nilai-nilai seni budaya warisan leluhur.

Paramitha Rusadhy pun memberikan pernyataan ketika diwawancarai awak media ia pun mengapresiasi setinggi-tingginya terhadap acara Maulid Nabi Muhamad SAW di Padepakan Pajajaran, sebagai acara religius keagamaan yang dikemas dengan nuansa Budaya, serta agar acara semacam ini dilakukan oleh komunitas-komunitas Budaya lainnya sehingga terjalin lersatuan dan kesatuan antara tokoh budaya dan agama.

Hal itu sejalan dengan apa yang disampaikan Abah Anton dan Uyut Sani Wijaya di akhir sambutanya Anton Charliyan jmenegaskan bahwa kita semua harus bisa menteladani ajaran Rosullullah, dan orang Sunda khususnya harus mampu menjadi yang terdepan dalam menteladani ajaran-ajaran Rosul yang disebut sebagai Sunah Rosul. (*/Red)

Leave A Reply

Your email address will not be published.