BABELTODAY.COM (PANGKALPINANG) – || Indonesia menjadi negara dengan populasi terbanyak keempat di dunia. Setiap populasi Indonesia tersebar di ribuan pulau yang masuk wilayah Republik Indonesia. Hal ini membuat Indonesia memiliki keragaman budaya dari suku, adat istiadat, etnis, dan lainnya yang membuat menjadi memiliki karakteristik yang khas dan unik dari setiap aspeknya.
Hal ini merupakan nilai leluhur dan kekayaan yang belum tentu dimiliki negara lainnya dan nilainya pun tidak dapat dihitung. Sewajibnya, kita sebagai warga negara Indonesia bersyukur atas apa yang telah diberikan Yang Maha Kuasa.
Sebagaimana hal ini pun diungkapkan oleh Irjen Pol (Pur) Dr Drs H Anton Carliyan MPKN jika setiap keragaman bangsa Indonesia, umunya memiliki nilai-nilai yang menjadi pedoman hidup. Sebab menurutnya nilai-nilai itu menjadi sebuah kearifan lokal yang menjadi ciri khas dari setiap daerah masing-masing.
Kearifan lokal merupakan hasil turun-temurun dalam waktu yang sangat lama terhadap suatu lingkungan alam tempat tinggal,” kata mantan Kapolda Jawa Barat saat menjadi pemateri dalam giat seminar Budaya Nasional yang digelar oleh Kantor Berita Online Bangka Belitung (KBO Babel), Jumat (16/12/2022) siang di Aula Makorem 045/Garuda Jaya.
Namun sayangnya, kerap budaya Indonesia justru diakui oleh pihak negara luar, antara lain dicontohkannya seperti kesenian Reog Ponorogo, batik termasuk makanan khas Indonesia.
Kembali ditegaskanya jika kearifan lokal sudah menjadi tata nilai kehidupan yang diwarisi generasi ke generasi berikutnya. Kearifan lokal, pada umumnya berbentuk lisan atau tulisan tentang sistem sosial suatu masyarakat.
Namun, pada masa modern ini nilai-nilai luhur dalam kearifan lokal sangat di khawatirkan karena sudah mulai meredup, memudar, dan kehilangan maknanya. Hal ini tidak terlespas dari datangnya pengaruh budaya luar yang masuk ke Indonesia diakibatkan oleh globalisasi.
Bahkan dalam paparannya dalam seminar itu mantan Kadiv Humas Mabes Polri ini lebih dikenal dengan sebutan nama Abah Anton berpesan agar semua masyarakat sadar, bahwa saat ini kita mungkin sudah merdeka di bidang politik, sosial maupun ekonomi lalu apakah kita sudah bisa 100% penuh berrdaulat tanpa Intervensi negara-negara Adi Jaya?.
“Ternyata belum bisa, Bahkan begitu banyak tekanan dan intervensi negara-negara super power, Makanya khusus bidang budaya Kita harus betul-betul mampu merdeka & berdaulat full 100 % menjadi tuan di rumah sendiri,” ungkap Anton.
Untuk itu Anton mengajak seluruh masyarakat dinahkodai para budayawan dan tokoh adat agar betul-betul mampu mengokohkan, memelihara, melestaikan dan melaksanakan adat tradisi budaya daerah masing-masing agar betul-betul menjadi Local Genius yang menjadi ciri khas identitas bangsa Indonesia yang unggul.
Budaya yang sudah Berbhineka Tunggal Ika sejak zaman nenek moyang kita dulu, mulai dari berbahasa daerah, pakaian tradisi, kesenian, upacara dan lain lain yang output nya bisa melahirkan sikap sabilulungan, gotong-royong, rasa kekeluargaan, sopan santun, etis dan sikap toleransi antar sesama.
“Serta yang paling utama kita pun harus betul-betul merasa bangga sebagai bangsa Indonesia, karena Bangsa Nuswantara ini menurut Arsyos Santos dalam bukunya the Lost Atlantis nerupakan sumber peradaban yang Paling Unggul,” terang Abah Anton.
Sekaligus menurutnya cikal bakal peradaban yang paling tua dengan adanya Artefak Gunung Padang Cianjur, Jawa Barat serta merupakan negara yang sudah religius berketuhanan Yang Maha Esa sejak awal (salah satu buktinya masyarakat adat suku Baduy Banten beragama Adam sebagai Nabi Pertama).
Dalam giat seminar budaya nasional ini pun juga menghadirkan pemateri lainnya, Prof Dr Bustami Rahman MSc kini menjabat selaku ketua Lembaga Adat Melayu Provinsi Bangka Belitung, H Marwan Al Jafri SAg selaku ketua Majelis Lembaga Adat/Budaya Melayu Indonesia Bangka Belitung, Kol.Inf Parluhutan Marpaung (Kasrem) mewakili Danrem 045 Garuda Jaya dan Kombes Pol A Maladi mewakili Kapolda Kep Bangka Belitung.
Kegiatan seminar ini pun diikuti dari berbagai unsur elemen masyarakat antara lain tokoh pemerhati budaya, kalangan civitas akademik, tokoh ormas/LSM, mahasiswa termasuk perwakilan Pemuda Pancasila dan FKPPI turut hadir. (Sumber : KBO Babel)