Jalan Rusak Bedengung–Delas: Ketika Urat Nadi Ekonomi Berubah Jadi Jerat Maut

0 68

Babeltoday.com, Bedengung (Bangka Selatan) – Jalan semestinya menjadi penghubung kehidupan, bukan pemutus harapan. Namun, realita yang terjadi di ruas jalan Desa Bedengung menuju Delas, Kabupaten Bangka Selatan, justru menjadi potret nyata dari kelalaian yang dibiarkan berlarut-larut. Jalan yang seharusnya menggerakkan roda ekonomi, pendidikan, dan layanan kesehatan itu kini berubah menjadi ancaman yang menanti korban. Minggu (6/4/2025)

Kondisi jalan tersebut rusak parah. Penuh lubang, berlumpur saat hujan, dan berdebu pekat di musim kemarau. Seolah menjadi jebakan maut bagi pengendara yang harus melaluinya setiap hari. Tak sedikit kendaraan yang rusak, tak jarang pula terjadi kecelakaan. Bahkan, anak-anak sekolah harus mempertaruhkan keselamatan hanya untuk bisa menuntut ilmu.

“Kami tidak bisa tinggal diam melihat kenyataan pahit ini. Kerusakan jalan di Bedengung sampai Delas bukan hanya soal kenyamanan, tetapi menyangkut keselamatan dan keamanan masyarakat,” ujar Muhammad Hafiz Zikri, mahasiswa asal Bangka Selatan yang menyuarakan keresahan masyarakat.

Hafiz mengungkapkan, sudah banyak keluhan yang disampaikan, namun hingga kini belum ada tindakan nyata dari pemerintah, baik di tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung maupun Kabupaten Bangka Selatan. Menurutnya, kondisi ini menggambarkan lemahnya respons pemerintah terhadap kebutuhan dasar masyarakat pedesaan.

“Apakah harus menunggu korban jiwa terlebih dahulu baru ada tindakan? Sampai kapan kami harus terus jadi penonton dari pembangunan yang katanya merata?” tegas Hafiz.

Ia menekankan bahwa akses jalan yang layak adalah hak rakyat dan kewajiban pemerintah untuk memenuhinya. Jika jalan-jalan di perkotaan bisa mulus dan cepat diperbaiki, maka seharusnya hal serupa juga berlaku di pelosok desa. Keadilan pembangunan tak boleh hanya menjadi slogan kosong.

“Segera perbaiki jalan Bedengung–Delas sebelum tragedi terjadi. Jangan biarkan jalan rusak menjadi kuburan diam yang memakan korban dalam senyap. Karena setiap lubang di jalan itu adalah bukti nyata dari lubangnya kepedulian,” pungkasnya.

Seruan Hafiz bukan hanya ungkapan emosional semata, melainkan representasi keresahan masyarakat yang merasa terpinggirkan. Infrastruktur dasar seperti jalan harusnya menjadi prioritas utama dalam pemerataan pembangunan. Ketika akses saja tak terpenuhi, maka jangan berharap masyarakat bisa sejahtera.

Pemerintah daerah diminta untuk segera turun tangan, meninjau langsung kondisi jalan dan memulai perbaikan sesegera mungkin. Aspirasi warga dan mahasiswa ini menjadi peringatan keras, bahwa ketidakpedulian hari ini bisa menjadi penyesalan besar di kemudian hari.

Jangan biarkan jalan rusak terus jadi saksi bisu dari kealpaan kita. Karena di balik jalan yang tak diperbaiki, tersimpan potensi luka yang bisa berubah menjadi duka. (KBO Babel).

Leave A Reply

Your email address will not be published.