Kata Prof Bustami, Persoalan IAIN SAS Juga Urusan Rakyat Babel, Johan Murod: Prof Hatamar ‘Hidup’ Di Ketiak Masmuni
BABELTODAY.COM (MERAWANG) — || Tokoh masyarakat Bangka Belitung, Dato’ Sri Prof. Dr. Bustami Rahman, M Sc., kembali menyentil kegaduhan di tengah masyarakat yang dipicu oleh sikap arogansi oknum Warek II IAIN SAS Bangka Belitung, Masmuni Mahatma.
Saat menerima perwakilan Forum Silaturahmi Masyarakat Bangka Belitung, Rabu (31/05/2023) di Prokediamannya di Desa Balunijuk Kecamatan Merawang, terungkap
bahwa alotnya kegaduhan yang dipicu oleh sikap arogansi Warek II IAIN SAS Masmuni lantaran pihak IAIN SAS sendiri tak berani mengambil sikap karena mendapat tekanan. Sementara pihak pusat (Kemenag RI) terkesan melindungi Masmuni dan mengabaikan keluhan dan tuntutan masyarakat Babel yang ingin Masmuni dimutasi dari Babel.
“Jadi berdasarkan laporan dari Forum Silaturahmi Masyarakat Bangka Belitung yang diketuai oleh adinda Johan Murod tadi, masalah ini tak selesai-selesai karena pihak IAIN sendiri terkesan tak berani ambil sikap karena patut diduga mendapat tekanan. Sedangkan pihak pusat (Kemenag RI) terkesan melindungi pihak yang dipersoalkan (Masmuni) bahkan terkesan tak mau peduli dengan apa yang dituntut oleh masyarakat Babel untuk mememutasi Masmuni dari Babel,” ungkap Bustami.
Dikatakan Bustami, apa yang dituntut oleh masyarakat mestinya menjadi perhatian pihak terkait dan patut untuk ditindaklanjuti.
“Janganlah dibiarkan berlarut, harus ada penyelesaian. Tak elok jika ribut terus. Jika pihak IAIN SAS memang tak bisa ambil sikap, maka secara linier tanggung jawab ada di Kemenag RI untuk menyelesaikan persoalan ini, dan harus bersikap netral. Jangan nanti malah terkesan melindungi Masmuni. Ini preseden buruk bagi perguruan tinggi di Babel,” kata Ketua Lembaga Adat Melayu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini.
Mantan Rektor UBB Periode Pertama ini juga menegaskan, baik pihak IAIN SAS maupun pihak pusat (Kemenag RI) juga tak serta merta menganggap protes masyarakat terkait Warek II Masmuni ini sebagai bentuk intervensi terhadap ‘periuk’ IAIN SAS.
“Jika kemudian ada yang beranggapan kalau protes masyarakat ini sebagai bentuk intervensi, saya pikir itu salah besar. Sebab lembaga seperti IAIN, UBB dan lainnya itu ada di Babel karena atas kehendak rakyat Babel, bukan kehendak orang-orang di pusat (kalau IAIN bukan atas kehendak Kemenag RI). Lembaga-lembaga ini tidak saja diperjuangan dengan tetesan keringat, bahkan dengan tetesan darah. Orang pusat harus sadar ini. Jadi jangan salahkan jika masyarakat turut bereaksi jika di mata mereka ada ketidakberesan,” tegas Bustami.
Dalam kesempatan tersebut Bustami juga berharap Pj Gubernur dan Ketua DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyikapi persoalan ini sehingga tidak menimbulkan gejolak yang lebih besar.
“Jangan selalu memandang persoalan itu sepele. Mohon tanggaplah dengan apa yang sudah menjadi atensi publik,” harap Bustami.
Di tempat yang sama Ketua Forum Silaturahmi Masyarakat Bangka Belitung, Johan Murod berharap agar pihak terkait segera meresponi apa yang sudah disampaikan oleh Prof Bustami.
“Jika masukan dari tokoh sekelas Prof Bustami sudah tak didengar lagi, alangkah naifnya kita ini. Dimana marwah kita sebagai orang melayu jika petuah tokohnya sudah tak diindahkan. Jadi saya sangat berharap agar Pj Gubernur dan Ketua DPRD Babel turun tangan terkait masalah ini,” kata Johan.
Dalam kesempatan tersebut selain persoalan Warek II IAIN SAS Masmuni, Johan Murod juga mempersoalakan Warek I IAIN SAS, Prof Hatamar Rasyid yang menuding jika pemberitaan terkait Masmuni selama ini adalah berita hoaks.
“Dalam rapat dengan Pj gubernur yang diwakili para Asisten Setda Prov, 15 Mei lalu, dia (Hatamar Rasyid) menyebut pemberitaan yang terkait Masmuni selama ini adalah hoaks. Artinya apa yang disampaikan oleh narasumber yang notabene adalah tokoh yang dihormati oleh masyarakat Babel seperti Prof Bustami Rahman dan juga media yang memberitakan itu adalah hoaks. Kok seorang profesor berpikirnya dangkal seperti ini,” sesal Johan.
Mestinya sebagai tokoh Babel yang kebetulan berada di lingkungan IAIN SAS, Hatamar mestinya tampil di depan untuk membantu menyelesaikan persoalan terkait Masmuni.
“Ini malah dia (Hatamar) seperti hidup di ketiak Masmuni. Karena takut dengan Masmuni. Hebat sangat Masmuni ini. Semua pejabat IAIN SAS sekelas Prof. Hatamar dia bungkam karena mendapat dekingan Menteri Agama. Dimana harga diri kalian sebagai putra Babel,” tegas Johan.
Sayangnya baik Warek I Prof Hatamar Rasyid maupun Warek II Masmuni dikonfirmasi via pesan WA hingga saat berita ini dinaikkan belum memberikan keterangan. Padahal pesan yang disampaikan tersebut sudah terkirim dengan tanda laporan centang dua. (*)