BABELTODAY.COM, Bangka Tengah – Dalam beberapa hari terakhir, Desa Batu Belubang, sebuah desa nelayan yang terletak di pesisir Pulau Bangka, menjadi sorotan setelah hasil tangkapan ikan melimpah. Sabtu (28/9/2024).
Jenis ikan yang mendominasi adalah ikan teri atau ikan bilis, komoditas utama yang menjadi andalan para nelayan setempat.
Namun, kelimpahan hasil tangkapan ini tidak hanya membawa sukacita, tetapi juga menimbulkan tantangan baru bagi nelayan dan pengolah ikan.
*Tumpukan Ikan di Tempat Pelelangan*
Ketika media mengunjungi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Batu Belubang pada pukul 13:48, terlihat tumpukan besar ikan teri yang tidak kunjung habis.
Biasanya pada jam tersebut, ikan sudah selesai diangkut dan diolah, tetapi kali ini proses pengangkutan berjalan lambat.
Para perebus ikan terlihat kewalahan mengelola hasil tangkapan yang terus berdatangan. Situasi ini membuat banyak nelayan terpaksa menghentikan aktivitas melaut mereka, khawatir jika terus melaut, ikan yang mereka tangkap tidak akan laku di pasaran.
“Saya senang dengan hasil tangkapan yang melimpah, tetapi kami khawatir jika ikan tidak segera diolah, harganya bisa jatuh,” ujar Pak Dirwan, salah satu nelayan.
Dalam beberapa tahun terakhir, ia sudah belajar bahwa pasokan yang berlebih dapat mempengaruhi harga jual, bahkan merugikan para nelayan.
*Kesulitan dalam Pengolahan*
Para perebus ikan di desa tersebut mengungkapkan keprihatinan mereka.
Dengan kapasitas pengolahan yang terbatas, mereka tidak mampu mengimbangi lonjakan jumlah ikan yang masuk.
Ibu Sia, seorang perebus ikan, menjelaskan, “Kami bekerja nonstop, tetapi tetap tidak dapat mengejar jumlah ikan yang terus datang. Kami tidak memiliki cukup ruang dan peralatan untuk mengolah semua ini dengan cepat.” Jika tidak segera diolah, ikan yang melimpah bisa rusak, dan mereka pun akan mengalami kerugian.
Tantangan ini semakin berat dengan faktor cuaca yang tidak menentu. Kualitas ikan teri yang telah direbus harus dijaga agar tidak menurun, sehingga proses pengeringan harus dilakukan segera.
Hal ini menambah beban kerja para perebus ikan di tengah panen yang melimpah.
*Dampak Ekonomi yang Lebih Luas*
Kelimpahan hasil tangkapan ini menjadi berkah, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran jangka panjang mengenai harga ikan di pasaran.
Jika pasokan ikan terlalu banyak dalam waktu singkat, harga bisa anjlok. Para pengusaha ikan di Batu Belubang bahkan mulai mencari alternatif pasar untuk menyalurkan kelebihan ikan, baik ke daerah lain di Bangka Belitung maupun ke luar pulau.
Mereka berupaya menjual hasil tangkapan tersebut sebelum pasar lokal jenuh.
“Jika kondisi ini berlanjut, kami harus mencari pasar baru. Jika tidak, banyak ikan yang akan terbuang,” kata Pak Asis, pengelola perbusan ikan.
Strategi penjualan yang lebih luas menjadi penting untuk menghindari kerugian.
*Mencari Solusi Jangka Panjang*
Situasi ini menyoroti perlunya peningkatan kapasitas infrastruktur pengolahan ikan di desa-desa nelayan seperti Batu Belubang.
Diharapkan pemerintah setempat dapat memberikan bantuan, baik dalam bentuk pelatihan teknologi pengolahan ikan modern maupun pembangunan fasilitas pengolahan yang lebih besar dan efisien.
“Pemerintah harus membantu meningkatkan pemasaran ikan rebus dan menyediakan fasilitas pendingin, agar hasil tangkapan yang melimpah bisa disimpan lebih lama sebelum diolah atau dijual,” saran Pak Asis.
Peningkatan akses pasar dan pengembangan jaringan distribusi juga menjadi langkah penting agar para nelayan dapat menjual hasil tangkapan mereka dengan lebih efektif.
Melimpahnya hasil tangkapan ikan di Desa Batu Belubang membawa berkah sekaligus tantangan bagi para nelayan dan pengolah ikan.
Meskipun mereka senang dengan panen yang melimpah, infrastruktur pengolahan dan pasar yang ada saat ini belum mampu menampung lonjakan hasil tangkapan.
Oleh karena itu, solusi jangka panjang sangat dibutuhkan agar kelebihan hasil tangkapan tidak justru menjadi masalah bagi ekonomi lokal.
Tantangan ini mengingatkan pentingnya sinergi antara pemerintah, nelayan, dan pengusaha lokal untuk menciptakan sistem yang lebih tangguh dalam menghadapi fluktuasi hasil tangkapan dan perubahan kondisi pasar. (Red/*)