BABELTODAY.COM, BANGKA – Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Bangka, Zuesty Novianti, atau akrab disapa Estie, menegaskan pentingnya menjaga integritas profesi wartawan di tengah maraknya kasus operasi tangkap tangan (OTT) yang melibatkan oknum wartawan. Dalam pernyataan yang disampaikannya pada Selasa (17/09), Estie menyoroti bahwa kejadian tersebut mencoreng citra profesi jurnalistik dan menegaskan peran wartawan sebagai pengontrol sosial. Rabu (18/9/2024).
Kasus OTT yang melibatkan seorang wartawan dan kini tengah diproses oleh Kejaksaan Negeri Pangkalpinang, dinilai Estie sebagai contoh jelas penyimpangan yang harus ditindak tegas.
Wartawan yang terlibat, menurut Estie, diduga meminta uang kepada kontraktor proyek di Pasir Padi sebagai imbalan untuk tidak memberitakan proyek tersebut.
Hal ini, menurutnya, adalah pelanggaran berat terhadap kode etik jurnalistik dan sudah sepatutnya menjadi perhatian serius aparat penegak hukum (APH).
“Fungsi wartawan itu adalah sebagai pengontrol sosial, bukan untuk menakut-nakuti atau meminta imbalan. Jika ada program yang menyimpang atau tidak sesuai, peran wartawan adalah mengoreksi dan mengembalikannya ke jalur yang benar, bukan mencari keuntungan pribadi,” ujar Estie dengan tegas.
Estie juga menyoroti fakta bahwa oknum wartawan yang terlibat adalah mantan polisi yang sebelumnya terjerat kasus narkoba.
Menurutnya, hal ini semakin memperburuk citra dunia jurnalistik. “Ini bukan hanya soal satu orang. Ini tentang bagaimana oknum-oknum ini bisa masuk dan merusak nama baik profesi wartawan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Estie menilai adanya rencana beberapa wartawan untuk menggelar aksi damai sebagai bentuk dukungan terhadap oknum wartawan yang terlibat kasus OTT adalah tindakan yang salah kaprah.
Ia menegaskan, sebagai profesi yang harus mendukung transparansi dan keadilan, wartawan seharusnya mendukung tindakan APH dalam mengungkap siapa saja yang terlibat dan bertanggung jawab atas kasus ini.
“Kita harus mendukung APH dalam mengungkap siapa saja di balik kasus ini, bukan malah berdiri di pihak yang salah,” tegas Estie.
Estie mengingatkan bahwa banyak pandangan buruk masyarakat terhadap profesi wartawan disebabkan oleh oknum yang menyalahgunakan identitas jurnalistik untuk keuntungan pribadi.
Hal ini, menurutnya, merusak citra profesi secara keseluruhan dan memperburuk kepercayaan publik terhadap media.
“Banyak yang mengaku sebagai wartawan hanya untuk mendapatkan uang dari kontraktor, pengusaha, atau politikus. Ini sangat merugikan banyak pihak dan harus dihentikan,” ujarnya.
Dia juga menambahkan bahwa investigasi jurnalistik harus dilakukan secara etis dan bertujuan untuk memberikan informasi yang objektif kepada masyarakat, bukan untuk diperdagangkan dengan imbalan uang.
“Investigasi harusnya untuk menyajikan berita yang mendalam dan akurat, bukan untuk melakukan pemerasan,” jelas Estie.
Estie mengajak masyarakat untuk lebih aktif dalam melaporkan praktek-praktek tidak etis yang dilakukan oleh oknum wartawan.
“Jangan takut untuk bersuara dan melaporkan jika ada wartawan yang terlibat dalam tindakan yang merugikan. Kami di PWI akan mendukung pelaporan tersebut,” pungkasnya.
Dengan menegaskan kembali peran wartawan sebagai pengontrol sosial dan meminta tindakan tegas dari APH,
Estie berharap agar kasus ini bisa menjadi pelajaran dan memperbaiki citra dunia jurnalistik yang saat ini tengah diuji. (KBO Babel)