Foto : Azam,alumni Hsing Wu University, Taiwan saat menjadi narasumber dalam acara Sarasehwn Progam Studi Kuliah – Magang Di Taiwan. (Dok)
PANGKALPINANG,Babeltoday.com – Dapat menimbah ilmu pendidikan di luar negeri tentu merupakan impian hampir setiap pelajar di negara Indonesia. Tak terkecuali para pelajar asal Pulau Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel).
Terlebih mengenyam pendidikan atau kuliah di negara orang tentunya memberikan kesan dan kenangan tersendiri sehingga diharapkan menjadikan suatu pengalaman berharga demi mencapai cita-cita di masa depan nanti.
Namun menimbah ilmu pendidikan di luar negeri tentu tak lepas dari kisah suka maupun duka. Seperti halnya pengalaman pernah dialami oleh seorang mahasiswa asal Pulau Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Azam (23).
Ia menceritakan seputar pengalamanya saat menjadi mahasiswa perguruan tinggi Universitas Hsing Wu,Taiwan, Tiongkok. Menurutnya, kala itu waktu di negara Taiwan menunjukan waktu tengah malam.
Foto : Sejumlah narasumber asal Lembaga Dilat & PSDM hadir memberikan paparan seputar kegiatan program kuliah dan magang di Taiwan. (dok)
“Waktu itu saya ingat malam hari. Saya bersama sahabat kebetulan sedang kelaparan sekali. Kebetulan pula salah satu warung (kedai – red) ada yang buka,” kata Azam mencoba menceritakan kisah pengalamanya di negara Taiwan saat ia masih berstatus mahasiswa.
Lanjutnya, lantaran tak bisa menahan rasa lapar Azam mengaku terpaksa membeli makanann yang cuma tersisa satu porsi yakni berupa mie. Selepas membeli mie tersebut. Putra dari anggota DPRD Provinsi Babel ini (H Aksan Visyawan) bersama tiga orang sahabatnya pun langsung menikmati santapan mie yang baru saja ia beli dari kedai tersebut malam itu.
Foto : Ilustrasi kedai mie di Taiwan. (net)
“Saking laparnya mie tadi kita bagi-bagi. Namun setelah selesai makan lalu saya pun sempat menanyakan kepada pemilik toko itu soal mie yang sudah kami makan tadi,” ungkap Azam.
Namun alangkah kagetnya ia termasuk para sahabatnya ketika itu. Lantaran mereka mengaku baru menyadari jika mie instan yang ludes disantap mereka ternyata terbuat dari bahan haram bagi umat muslim (babx). Hal ini diketahui, setelah mereka sempat menanyakan perihal bahan pembuat mie kepada si pemilik kedai tersebut.
Foto : Ilustrasi Kota Taiwan, Tiongkok. (Net)
“Sempat kaget waktu itu setelah pemilik toko memberi tahu bahwa mie yang kami makan itu terkandung bahan dari Babx. Jadi karena sudah terlanjur masuk ke dalam perut ya begitulah,” seloroh Azam seraya ia tersenyum diiringi tawanya sehingga terkesan seolah-olah ia tak menyesalkan atas kejadian yang pernah dialami oleh alumni mahasiswa jurusan Informasi & Teknologi (IT) Hsing Wu University, Taiwan ini.
Kisah ini disampaikan olehnya saat menjadi narasumber dalam acara ‘Sarasehan Program Studi Kuliah & Magang Di Taiwan’ sekaligus menghadiri acara Temu Kangen Orang Tua/Alumni Mahasiswa Taiwan , Selasa (14/11/2023) siang bertempat di gedung kantor Sekretariat Konsorsium Diklat & PSDM, Jalan Ahmad Yani No.185, Kota Pangkalpinang.
Foto : Gedung kampus Hsing Wu University, Taiwan.(net)
Tak cuma pengalaman pahit diraakanya saat masih menekuni studi di Taiwan. Namun asyiknya lagi membuat dirinya mengaku merasa senang lantaran kuliah di Taiwan justru mahasiswa bisa bekerja atau magang di sejumlah perusahaan yang terdapat di negara tersebut.
“Kuliah sambil magang itu enak jika kita bisa mengatur waktunya. Sebab penghasilan atau pendapatan perbulan dari kegiatan magang rata-rata bisa mencapai angka Rp 20 jutaan perbulan. Kalau kita rajin full setiap hari maka penghasilan pun akan berlipat pula pendapatanya,” terang pria berperawakan tubuh agak gempal, rambut lurus dan mata agak sipit ini.
Selama menjadi mahasiswa di perguruan tinggi Taiwan, Azam mengaku ia kerap berkunjung ke Kantor Dagang Indonesia di Taiwan. Menurutnya Kantor Dagang & Ekonomi Indonesia (KDEI) berlokasi di Kota Taipei di sana merupakan wadah tempat berkumpulnya warga negara Indonesia termasuk para mahasiswa asal Indonesia.
“Sebab di Taiwan tidak ada Kantor Kedutaan Besar negara Indonesia. Jadi Kantor Dagang Ekonomi Indonesia (KDEI – red) inilah terkadang dijadikan sebagai tempat berkumpulnya warga negara Indonesia di sana (Taiwan – red),” terangnya.
Namun baginya meski telah dinyatakan lulus sebagai alumni Universitas Shing Wu, Taiwan Azam mengaku masih merasa belum puas. Lantaran pata mahasiswa seangakatanya di kampus usai menyelesaikan studi justru tak ada acara wisuda melainkan secara virtual atau zoom meeting.
Foto : Ilustrasi para mahasiswa asal Indonesia usai menamatkan pendidikan di perguruan tinggi, Taiwan. (net)
“Rasanya belum lengkap karena saat kami tamat studi justru saat itu malah tidak ada acara wisudanya. Sebab waktu itu di sana (Taiwan -;red) masih pandemi Covid-19,” terang pria keturunan ‘Wong Belinyu’, Kabupaten Bangka.
Azam sendiri mengaku sangat bersyukur atas keberhasilannya menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi di luar negeri (Taiwan), hal ini menurutnya tak lepas dari ridho dan doa kedua orang tuanya. Sehingga ia pun beralasan kini mesti kembali ke kampung halaman (Bangka) usai menyelesaikan studi sebagai sarjana IT dikarenakan atas pemintaan sang ibu tercinta.
Kendati begitu, keponakan Direktur Utama PT Timah Tbk (Ahmad Dani Virsal) ini justru tak lupa dirinya mengingatkan khususnya bagi para pelajar di Babel jika memang berniat ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi di Taiwan, hendaknya terlebih dahulu mempersiapkan diri termasuk mental serta selalu menjaga sikap disiplin sebagai mahasiswa.
“Hidup di luar negeri itu jelas-jelas sangat jauh perbedaannya dengan di negara Indonesia. Begitu pula ketika kita menimbah ilmu pendidikan di sana (luar negeri — red). Oleh karenanya persiapkan diri mental dan selalu jaga sikap disiplin,” pesannya.. (Ryan)