Oligarki Politik: Tumbangnya Demokrasi Oleh Kotak Kosong, Ancaman Nyata bagi Demokrasi Kita

Oleh : M. Zen (Ketua DPW Topan-RI Perwakilan Babel)

0 29

BABELTODAY.COM – Pernahkah kita membayangkan bahwa demokrasi, yang diperjuangkan dengan darah dan air mata, justru akan dihancurkan oleh dirinya sendiri? Ungkapan Bung Hatta, “Hati-hati dengan demokrasi karena bisa jadi demokrasilah yang akan menumbangkan demokrasi,” sangat relevan dalam melihat kondisi politik saat ini. Demokrasi yang seharusnya menjadi sarana untuk mencapai keadilan sosial dan politik bagi seluruh rakyat, kini justru dikebiri oleh oligarki politik yang mengatasnamakan demokrasi.

Bung Hatta, dalam pengasingannya di Menumbing, Muntok tahun 1949, memperingatkan agar kita berhati-hati dalam menggunakan kekuasaan yang diberikan oleh demokrasi. Analogi “air” yang digunakan Bung Hatta untuk menggambarkan demokrasi sangat tepat; air yang seharusnya menyucikan dan memberikan kehidupan justru dapat menjadi alat pembunuh jika digunakan dengan serampangan.

Demikian pula dengan demokrasi. Ketika demokrasi disalahgunakan oleh sekelompok elit politik untuk kepentingan pribadi atau golongan, maka demokrasi itu sendiri yang akan meruntuhkan nilai-nilai yang seharusnya dijaga.

Oligarki politik telah merampas kedaulatan rakyat yang menjadi dasar dari demokrasi. Pimpinan partai politik yang seharusnya menjadi penyalur aspirasi rakyat kini justru memegang kekuasaan tertinggi, menggantikan rakyat sebagai pemegang daulat tertinggi.

Dalam sistem yang semakin terkonsentrasi di tangan segelintir elit partai, suara rakyat semakin tersisih dan hanya menjadi formalitas dalam setiap pemilihan. Keinginan masyarakat terhadap calon pemimpin di daerah mereka seringkali diabaikan, digantikan oleh kepentingan politik para pimpinan partai.

Partai politik, yang seharusnya menjadi kendaraan untuk mencapai cita-cita rakyat, telah berubah menjadi alat bagi oligarki politik. Dengan cara yang sangat demokratis, mereka menghianati rakyat.

Partai politik yang dikuasai oleh oligarki tidak lagi memperjuangkan kepentingan rakyat, melainkan kepentingan segelintir elit yang mengendalikan partai tersebut. Dampaknya, demokrasi menjadi semu; hanya ada di permukaan tanpa substansi yang berarti.

Lebih parah lagi, praktik beli partai menjadi hal yang lumrah di mata publik. Ketika partai politik menetapkan tarif atau mahar untuk tiket kontestasi politik, maka demokrasi tidak lagi berbicara tentang kedaulatan rakyat, melainkan tentang uang. Siapa yang memiliki uang, dia yang berkuasa. Ini adalah bentuk pengkhianatan terhadap esensi demokrasi itu sendiri.

Fenomena ini semakin diperparah dengan maraknya calon tunggal dalam Pilkada, yang hanya menyisakan pilihan antara calon tunggal melawan kotak kosong.

Situasi ini bukan hanya mematikan demokrasi, tetapi juga menunjukkan kemunduran besar dalam sistem politik kita. Melawan kotak kosong bukanlah sebuah kemenangan yang bermartabat, melainkan cerminan dari sebuah sistem yang telah gagal menyediakan pilihan nyata bagi rakyat.

Sebagai warga negara yang peduli, kita harus berani menggugat praktik-praktik ini. Kita harus mengajak rakyat untuk turun ke jalan, bukan dalam bentuk anarkisme, tetapi sebagai bentuk protes damai terhadap pemimpin partai politik yang telah menghianati kepercayaan rakyat.

Ketika partai politik lebih mementingkan uang daripada kedaulatan rakyat, maka saatnya kita mengingatkan mereka bahwa kedaulatan itu milik rakyat, bukan milik partai.

Demokrasi yang diperjuangkan dengan susah payah harus dijaga dan dipelihara, bukan dirusak oleh kepentingan sempit segelintir elit. Jika kita membiarkan oligarki politik terus berkembang, maka tidak lama lagi demokrasi yang kita banggakan akan runtuh, bukan oleh kekuatan eksternal, tetapi oleh kita sendiri yang membiarkannya terjadi.

Oleh karena itu, mari kita kembali kepada nilai-nilai asli demokrasi, di mana rakyat benar-benar menjadi pemegang kedaulatan tertinggi, dan suara mereka dihormati serta diimplementasikan dalam setiap kebijakan politik. (KBO Babel)
—————————————————————————————————————————–
Penulis : Muhamad Zen, Ketua DPW LSM Topan-RI Perwakilan Bangka Belitung, aktifis sosial kemasyarakatan dan saat ini aktif sebagai penulis opini & reporter di Jejaring Media KBO Babel.
Saran & Masukan terkait dengan tulisan opini silahkan disampaikan ke nomor redaksi 0812-7814-265 atau 0821-1227-400,

Leave A Reply

Your email address will not be published.