BABELTODAY.COM, Bangka Belitung – Menjelang Pilkada Pangkalpinang tahun 2024, isu Suku Agama Ras, dan Antar Golongan (SARA) mulai dihembuskan. Sayangnya, isu yang berpotensi memecah belah masyarakat itu, dimulai dari oknum masyarakat yang dianggap intelektual.
Aksi yang diduga didasari oleh kebencian pribadi terhadap orang lain ini, sampai menyeret-nyeret makanan khas daerah. Yaitu rusep sebagai makanan khas Provinsi Bangka Belitung dan Tempoyak makanan khas Provinsi Sumatera Selatan.
Disinyalir, kedua makanan khas ini sengaja dijadikan isu sebagai pembanding antar suku dalam momen Pilkada di Pangkalpinang yang saat ini sedang berlangsung pesta demokrasi.
Hal itu ditanggapi oleh Ketua PCNU Kota Pangkalpinang, H Firmantasi, S.Ag., MH., saat diwawancarai di Kantor PCNU Pangkalpinang, Rabu siang (16/10/2024).
Ia menyebut warga nahdiyin dilarang membesar-besarkan perbedaan dalam berbangsa dan bernegara. Karena bagi NU sendiri, NKRI harga mati, justru sebagai organisasi terbesar di dunia, NU menjadi pionir toleransi.
“Di Nahdlatul ulama itu tidak diajarkan untuk membesar-besarkan perbedaan,” kata Firmantasi.
Sehubungan dengan Pilkada yang akan digelar tanggal 27 November nanti, Firmantasi mengimbau masyarakat Pangkalpinang, agar tidak mudah terprovokasi.
Menurutnya, masyarakat harus lebih selektif untuk memilah informasi yang didapat dari Media Sosial (Medsos).
Firmantasi meminta, lebih baik fokus saja dalam memilih calon pemimpin yang ada. Dengan cara mengedepankan pilihan sesuai hati nurani.
“Maka kami mengajak masyarakat Pangkalpinang untuk objektif dalam menilai calon yang ada, memilih dengan hati nurani dan tidak diskriminatif,” ajak Firmantasi.
Lanjutnya, menurut Firmantasi, sangat disayangkan jika isu SARA tersebut menyebar ke masyarakat. Karena berpotensi mengganggu suasana kerukunan di Kota Pangkalpinang.
Seharusnya, pesta demokrasi ini dijalankan dengan riang gembira tanpa isu SARA. Sehingga menjadi Pilkada yang bermanfaat, aman dan kondusif.
“Kerukunan harga mati, kalau kita tidak menjaga kerukunan di kota yang kita cintai ini, akan rusak semua sendi-sendi kehidupan kita, seperti agama, sosial dan budaya, pungkasnya. (Mung/*)