Jika Molen merasa tidak menyimpan Duri dalam Kaki dalam menjalankan Amanah Publik maka jangan terlalu reaktif biarkan insan pers Independen menjalankan tupoksinya sebagai pilar Demokrasi
“Jika berhasil tidak dipuji, jika gagal dicaci maki. Jika hilang tak akan dicari, jika mati tak ada yang mengakui“.
Sejak viral nya peredaran video Molen diberbagai media online dan media sosial selaku Walikota Pangkalpinang usai diperiksa atau di mintai keterangan nya di Kantor KPK tersebut berbagai pertanyaan-pertanyaan yang di sampaikan oleh beberapa wartawan media Nasional tetapi Molen memilih diam seribu bahasa atas kejadian tersebut. Kemudian media – media lokal pun tidak tinggal diam ikut merilis berita nya berdasarkan fakta- fakta dari viral nya video tersebut dari kejadian pemanggilan KPK untuk dimintai keterangan atau klarifikasi nya terkait gaya hidup mewah Molen beserta istrinya.
Berbagai opini dan pendapat pun bermunculan dari para tokoh agama, masyarakat, pemuda dan civitas akademis yang juga mewarnai ruang – ruang publik di media online dan media sosial sehingga menimbulkan beribu upaya yang dilakukan molen dengan mengirimkan para kolega nya baik itu di jajaran birokrasi nya maupun orang – orang terdekatnya diluar pemerintahan untuk meredam atau mendingin situasi ” Cooling down” kepada insan pers termasuk para tokoh – tokoh yang menyampaikan opini atau pendapat nya dalam bentuk kritikan melalui media sebagai bentuk aspirasi dan partipasinya sebagai fungsi kontrol yang telah diatur jelas menurut UUD’45 termasuk turunan nya yang diatur oleh peraturan2 perundang-undangan yang berlaku dalam memerangi Praktik KKN, Dengan Mengupayakan secara persuasif dan komunikatif agar tidak lagi ramai diperbincangkan oleh masyarakat luas sehingga KPK menilai pemanggilan dan pemeriksaan terhadap Walikota molen tidak begitu menyita perhatian publik masyarakat Pangkalpinang dan KPK pun akhirnya lebih terkonsentrasi menangani kasus KKN apabila sangat menyita perhatian publik yang sedang terjadi di Republik ini.
Achmad Ferdy Firmansyah biasa di sapa firman berkeyakinan bahwa masyarakat sangat mendukung upaya KPK dalam mengungkapkan praktik KKN yang dilakukan pejabat publik meskipun mereka pasif tidak bersuara .
Firman menilai ke khawatiran molen sangat jelas pemanggilan beliau oleh KPK menjadi konsumsi publik yang akan berdampak pada tingkat elektoral beliau untuk maju diperiode selanjutnya ataupun sebagai calon gubernur seperti yang di gadang-gadang kan oleh kelompok – kelompok nya.
Alangkah bijaknya jika Molen bersikap ” Demokratis ” dengan tidak menggunakan kekuatan dan kekuasaan nya terhadap pro dan kontra yang terjadi atas pemanggilan KPK tersebut. Dan jika merasa ” Tidak menyimpan duri dalam kaki ” maka tidak perlu reaktif yang berlebihan ketika opini publik berkembang di iklim negara ” Demokrasi ”
” Justru reaktif berlebihan beliau dengan mengirimkan atau mengutus orang – orang dengan tujuan menyuap atau menyumbat mulut para insan pers dan Tokoh-tokoh masyarakat, pemuda dan civitas akademis termasuk saya pribadi akibat tulisan saya yang beredar di media online dan medsos dengan iming-iming materi itu dinilai tidak pantas atau lazim serta bersebarangan dengan kualitas figur pemimpin yang bijak melalui cara-cara yang dilakukannya terkesan harga diri manusia bisa dibeli ”
Firman ingatkan bahwa ” Tidak semua orang bisa dibeli dengan menutup ruang kebebasannya bersuara , berpendapat dan berserikat ( berkumpul ) merupakan Hak dasar atau Hak Asasi Manusia yang dilindungi Negara ” dan Alhamdulillah masih banyak insan pers yang masih memegang teguh prinsipnya sebagai salah satu instrumen atau Pilar konteks “Negara Demokrasi ” dan juga anggota masyarakat yang berintegritas menjaga kedaulatan masyarakat.
Akhirnya biarkan masyarakat yang menilai baik buruknya kepemimpinan molen sebagai walikota dengan kita mengutip Perkataan Gusdur ( Presiden RI ke -3 ) ” Tidak ada Jabatan yang harus dipertahankan mati- matian ” , makna nya bahwa Jabatan itu Amanah dan pasti akan dipertanggungjawabkan oleh Sang Maha Merajai Allah SWT dan juga mengandung makna Jabatan itu akan datang dengan sendirinya jika Tuhan mu berkehendak dan akan di cabut kembali dengan kekuasaan Nya.
Maka dari itu Firman tegaskan berhenti lah mempromosikan nafsu kekuasaan dengan mencipta kan kepalsuan, dan bersyukur lah kepada Tuhan mu dengan masih diberi kesempatan untuk memperbaiki atas kekhilafan dalam mengemban amanah atas pertolongan Tuhan Yang Maha Besar, jadikan Jabatan mu sebagai ladang untuk mu menempuh surga -Nya tanpa hisab.
Terkait nada miring yang dikembangkan oleh orang-orang sekitar walikota molen seolah-olah saya ingin cari panggung atau bahasa intimidasinya sikap atau kritikan saya menyimpan maksud ” Ada udang dibalik gandum “, sudah lah hal itu biasa – biasa saja biarkan masyarakat yang menilai karena pesan orang tua saya ” Emas diperlakukan bagaimanapun tetap emas sebaliknya Sampah ditempatkan di kotak perhiasan pun tetap sampah ” , manusia itu hidupnya tidak mungkin terlepas dari “Apa yang dilakukan itu lah yang akan di dapatkan”
Dan juga orang tua dan keluarga saya menasehati bahwa uang itu penting tapi jangan pernah fikiran dan niat hati mu bisa dibeli dan teruslah bermanfaat untuk kemaslahatan orang banyak, selaras dengan kutipan “Kamu mungkin miskin, sepatumu mungkin rusak, tapi pikiranmu adalah istana.” -Frank McCourt-.
Mudah-mudahan berita ini di baca oleh seluruh masyarakat Pangkalpinang dan terpenting bisa di pahami walikota molen demi keselamatan beliau di dunia dan akhirat dalam mengemban amanah publik saat ini dan dikemudian hari.