Dianggap Mencoreng Nama Menteri Agama, Tokoh Adat Melayu Ini Minta Oknum Warek IAIN SAS Hengkang Dari Babel
Foto : Datuk Panglima Negeri Serumpun Sebalai, Johan Murod. (ist)
PANGKALPINANG,Babeltoday.com – Isu pengangkatan seorang wakil rektor (warek) Institut Agama Islam Negeri Syeikh Abdurahman Shiddiq Bangka Belitung (IAIN SAS Babel) diduga melanggar prosedural kini menuai sorotan pula dari seorang tokoh masyarakat Babel, Johan Murod.
Terlebih jika isu miring itu memang terbukti, maka sangat disayangkan olehnya lantaran nama baik perguruan tinggi Islam di Babel akan tercoreng oleh perilaku atau attitude oleh seorang tenaga pendidik seperti itu.
“Karena ini (IAIN SAS Babel — red) lembaga pendidikan berbasis islam diharapkan dapat memacu kemajuan peradaban islam mulia dan unggul,” ungkap pria biasa disapa dengan sebutan Panglima, Sabtu (18/3/2023) siang ditemui di Novotel Bangka.
Johan pun mengaku jika sendiri telah mendapat informasi terkait ‘sepak terjang’ salah seorang oknum warek di kampus IAIN SAS Babel berinisial MM’ yang dinilai ‘arogan’ terhadap sejumlah dosen di kampus setempat, terlebih persoalan kebijakan di kampus.
“Saya dengar-dengar dia (MM — red) ini tak tahu diri, bahkan mengancam dosen-dosen dan pegawai kampus itu (IAIN SAS Babel — red) katanya mereka akan dimutasi mengajar ke Papua, karena dia merasa dekat dengan Menteri Agama (Yaqut Cholil Qoumus — red),” terang tokoh adat Babel bergelar Datuk Panglima Negeri Serumpun Sebalai ini.
Sebaliknya, ditegaskan Johan jika dirinya sama sekali tak mau tahu meski MM diduganya telah membawa-bawa nama Menteri Agama RI (Yaqut Cholil Qoumas) dalam upaya penekanan terhadap para dosen di kampus IAIN SAS Babel.
“Kita justru tidak mau ambil peduli dia (MM — red) dekat dengan pak Menteri Agama. Sebab ia telah mencoreng nama baik Menteri Agama dengan kelakuan dengan gaya mau mengancam itu,” tegasnya.
Johan mengaku gerah terhadap perilaku oknum warek IAIN SAS tersebut (MM) yang dinilainya sudah keterlaluan. Terlebih sikap MM dinilainya justru bertentangan dengan adat orang Melayu di Babel.
“Kita orang Bangka Belitung ini tidak bisa diancam-ancam. Kita harus sopan santun lemah lembut dan sesuai prosedur,” sesalnya.
Selain itu Johan pun mencoba mengupas kembali sejarah berdirinya kampus IAIN SAS Babel sebelumnya bernama STAIN SAS Babel, lahan gedung kampus tersebut dibangun dari hasil hibah seorang tokoh masyarakat Babel, H Romawi Latief (almarhum).
“IAIN SAS itu dibangun di atas tanah hibah almarhum H Romawi Latif, dan ada lahan yang lebih seluas 1 hektar letaknya di pinggir jalan raya. Nah rencananya nanti akan dibangun sebuah masjid,” terang Johan.
Lanjutnya, tujuan pembangunan masjid itu dengan harapan dapat dimanfaatkan masyarakat umum, mahasiswa dosen maupun warga termasuk para musafir yang mau beribadah atau sekedar beristirahat di masjid tersebut.
“Kita sangat mengharapkan masjid itu nantinya jika dibangun diberi nama masjid Romawi Latif,” ungkap Johan.
Penamaan nama masjid Romawi Latif lantaran menurutnya sangatlah pas selain bertujuan menghormati jasa-jasa almarhum Datuk Sri H Romawi Latif tak lain merupakan salah satu pejuang pembentukan Provinsi Babel termasuk seorang saksi sejarah di Babel. Selain almarhum tokoh pejuang pembentukan Provinsi Babel almarhum pun diketahui merupakan saksi sejarah saat bung Karno dan Hatta diasingkan ke pulau Bangka almarhum merupakan juru tulis pak Hatta karena pak Hatta butuh juru tulis yang faham steno,” terang Johan mengulas sejarah masa lampau.
Terhadap sejarah tersebut ditegaskan Johan jika Sukarno membuat surat perjanjian Roem – Royen maka selaku juru tulis (tiper) yakni almarhum H Romawi Latif. Lantaran almarhum dianggap cakap dalam hal sebagai juru tulis maka menurut Johan, bahu almarhum sempat ditepuk-tepuk bung Karno.
“Bung Karno sempat mengatakan kepada almarhum (H Romawi Latif — red) saat itu. Pak Romawi harusnya perjanjian ini adalah Perjanjian Tiga R yakni Roem Royen dan Romawi,” sebut Johan.
Tak cuma itu, jiwa patriotisme dan nasionalisme almarhum patut kita banggakan ketika itu pada tahun 1946 tentara Belanda masuk ke pulau Bangka saat itu almarhum menjabat selaku camat di Jebus ia perintahkan masyarakat Jebus untuk merusak jembatan penghubung dengan maksud menghambat ruang gerak pasukan Belanda masuk ke daerah Jebus kala itu dan almarhum pun sempat ditangkap Belanda,” terang Johan.
Oleh karenanya menurut Johan sangatlah wajar jika nanti di lahan kampus IAIN SAS Babel yang terletak di jalan raya Petaling, Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka itu dibangun masjid dengan nama masjid Romawi Latif lantaran almarhum pelaku sejarah dan tokoh nasional.
Sebaliknya, jika oknum warek itu (MM) tidak berkenan jika masjid yang akan dibangun tersebut diberi nama masjid Romawi Latif maka lebih MM dimintanya segera hengkang dari Provinsi Babel lantaran dinilainya tak menghormati jasa tokoh pejuang masyarakat Babel.
“Jika tak merespon tokoh pejuang masyarakat Babel maka lebih baik dia (MM — red) hengkang saja dari Bangka Belitung dan jangan selalu bawa-bawa nama Menteri Agama. Sedikit-sedikit ngancam mau pindahin orang. Nah kita minta Menteri Agama pindahin dia (MM — red) ke Papua. Dulu tahun 2017 MM ini pernah diusir dari Babel. Sekarang kita minta dia keluar lagi dari Babel,” tegas Johan.
Sebelumnya MM kini menjabat selaku warek II IAIN SAS Babel sempat dikonfirmasi melalui pesan WA terkait proses pengangkatan dirinya sebagai warek II diduga melanggar prosedur alias tak layak namun hingga kini tak ada jawaban dari yang bersangkutan. (KBO Babel/Ryan)